ELEKTROCARDIOGRAF
(ECG)
AKADEMI
KEPERAWATAN MALAHAYATI
MEDAN
2013
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan
penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Makalah
ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “ Eletrocardiograf (ECG) ” yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah
ini memuat tentang “Eletrocardiograf
(ECG)” yang mengidentifikasikan dan menjabarkan konsep khusus yang
berhubungan dengan hal-hal nyata dalam keperawatan.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,oleh sebab itu kritik
yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan.
Penyusun
juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing kami yang telah
membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun
makalah ini dengan baik.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, 27 September
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...............................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................
A. Latar Belakang...................................................................
B. Tujuan Penulisan................................................................
C. Sistematika
Penulisan........................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS..........................................................
A.
Dasar-Dasar
Elektrokardiografi ( EKG )
1. Pengertian Elektrokardiografui (EKG )……………..
2. Manifestasi klinis Sistem Konduksi Listrik Jantung…
3. Nodus Sianotrial ( Nodus SA )....................................
4. Nodus Antrioentikular ( Nodus AV )..........................
5. Berkas His....................................................................
6. Serabut Bachman ...................................................... …
7. Serabut Purkinje ..........................................................
8. Hubungan Sistem Konduksi Dengan Gelombang EKG.
9. Kertas EKG.................................................................
10. Kalibrasi.......................................................................
11. Penamaan Gelombang, Interval, dan Segmen pada EKG
12. Gelombang P...............................................................
13. Kompleks QRS............................................................
14. Gelombang Q ..............................................................
15. Gelombang R...............................................................
16. Gelombang S...............................................................
17. Gelombang T...............................................................
18. Gelombang U...............................................................
19. Interval PR...................................................................
20. Interval QT..................................................................
21. Segmen ST...................................................................
22. Sadapan pada EKG.....................................................
23. Sadapan Bipolar (I, II, III)..........................................
24. Sadapan Unipolar........................................................
25. Unipolar Prekordial.....................................................
26. Letak Jantung Dipandang Dari EKG..........................
27. Pembentukan Gelombang EKG..................................
BAB III PENUTUP...............................................................................
A. Simpulan..............................................................................
DAFTAR PUSTAKA……………….........................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
EKG merupakan gambaran sinyal yang dihasilkan
oleh jantung dengan meletakkan dua belas sadapan ke beberapa bagian permukaan
tubuh pasien. Sinyal EKG ini membantu para dokter untuk mendiagnosa kelainan
jantung pada pasien. Tetapi untuk mengetahui pasien mempunyai kelainan jantung
atau tidak, dibutuhkan seorang ahli untuk melakukan penganalisaan pada sinyal
EKG yang sudah ada. Sinyal EKG ini diperoleh dari aktivitas jantung yang
direkam di disket mini dalam recorder yang nantinya akan dianalisa dengan
komputer. Kemudian pada layar komputer akan tampil keluaran berupa sinyal EKG.
Pola sinyal inilah yang nantinya akan dianalisa.
Sebenarnya, tanpa bantuan seorang dokter pun.
Pola sinyal elektrokardiografi dapat dianalisa yaitu dengan menggunakan suatu
intelejensia buatan. Sistem intelejensia buatan yang dapat digunakan adalah
jaringan syaraf tiruan. Jaringan syaraf tiruan merupakan suatu representasi
buatan dari otak manusia yang diimplementasikan dengan menggunakan program
komputer. Perkembangan penelitian jaringan syaraf tiruan sangat membantu
manusia untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Metode ini sudah banyak
digunakan untuk pengenalan pola, signal processing, sampai untuk prediksi yang
akan terjadi dimasa yang akan datang.
Jaringan syaraf tiruan juga sudah dimanfaatkan
dalam bidang kedokteran, seperti untuk indentifikasi donor darah, mendeteksi
penyakit ginjal, dan lain-lain. Oleh karena itu, studi kasus aplikasi jaringan
syaraf tiruan di bidang kedokteran akan memberikan kemudahan di bidang
kedokteran itu sendiri. Pada Tugas Akhir ini penulis akan membuat suatu sistem
dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan untuk mengenali pola sinyal EKG,
dengan menggunakan data yang sudah ada.
Jantung adalah organ penting dalam tubuh
manusia yang berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Banyak masyarakat
awam yang belum mengetahui fungsi jantung, mereka tidak tahu bahwa jantung
sangat penting dan labil, ini tergantung pada kondisi dan pola hidup seseorang
yang berubah serta pola makan dan obat-obatan yang dikonsumsinya. Maka, bagi
seorang dokter sebelum melakukan tindakan lebih lanjut, untuk menentukan apakah
kondisi kerja jantung pasien normal atau tidak, salah satunya dengan mendeteksi
menggunakan elektrocardiografi (ECG). Kalau hanya sekedar memberikan
obat-obatan dikuatirkan bisa berefek negatif pada kerja jantung seseorang.
2. Tujuan
Penulisan
Mahasiswa mampu
memahami, melakukan penatalaksanaan penggunaan elektrrocardiograf (ECG) secara
individual.
BAB II
TINJAUAN TEORI
DASAR-DASAR ELEKTROKARDIOGRAFI ( EKG )
1.
Pengertian
Elektrokardiografui (EKG )
EKG atau elektrokardiografi adalah alat bantu diagnositk yang
digunakan untuk mendeteksi aktifitas jantung listrik.
2.
Sistem
Konduksi Listrik Jantung
Ketahuilah bahwa jantung dapat melakukan fungsingya sebagai pompa
atau melakukan kontraksi dengan baik. Hal ini disebaabkan jantung memiliki 3
hal yaitu :
A.
Penghasil
listrik sendiri yang otomatis ( pacemaker )
Jantung
penghasil listrik otomatis terbagi atas 3 komponen yaitu nodus SA, Nodus AV,
dan serabut Purkinjie.
B.
Konduksi
listrik
Konduksi
listrik terjadi di jantung secra sistematis dimulai dari nodus AV, His, cabang
berkas kiri dan kanan, serta berkahir di serabut purkinjie.
C.
Miokardium
( Otot-otot jantung )
Otot-otot
jantung akan mengalami kontraksi bila terjadi perubahan muatan listrik di dalam
sel miokard yang dinamakan depolarisasi, sedangkan pristiwa kembalinya
muatan listrik kedalam sel-sel miokard menjadi keadaan semula dinamakan repolarisasi.
Selanjutnya akan menghasilkan relaksasi kembali ke dinding miokardium.
3.
Nodus
Sianotrial ( Nodus SA )
Nodus SA terletak di atrium kanan di
dekat muara vena kava superior. Pada kedaan normal, nodus ini mampu menhasilkan
impuls listrik sebesar 60-100 kali per menit. Sesuai sifat sebagai sel
pacemaker. Nodus SA mampu menghasilkan impuls dengan sendirinya. Sel ini
dipengaruhi oleh sistem saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Rangsangan sitim
saraf simpatis seperti emosi atau pada saat beraktifitas akan memengaruhi nodus
SA untuk menghasilkanimpuls lebih cepat dari normal. Begitu juga sebaliknya,
bila terdapat rangsangan parasimpatis seperti manuver vagal yang
dilakukandengan cara me massase arteri karotis, penekanan pada bola mata,
mengedan, atau batuk akan memengaruhi nodus SA untuk menghasilkan impuls lebih
lambat dari normal. Secara anatomis, Nodus SA memiliki panjang 10-12 mm, lebar
3-5 mm, dan tebal 1 mm.
4.
Nodus
Antrioentikular ( Nodus AV )
Nodus AV terletak didalam dinding
septum atrium atau sekat antara atrium kanan dan kiri, tepatnya diatas katup
trikuspid di dekat muara sinus koronarius, dan dalam keadaan normal mampu
menghasilkan impuls 40-60 kali per menit.
Perjalanan impuls dari nodus SA menuju nodus AV memerlukan waktu
0,08-0,12 detik, dengan maksud untuk memberikan kesempatan pengisian ventrikel
selama terjadi kontraksi 2 atrium.
Secara anatomis, nodus AV memiliki
panjang sekitar 7 mm, lebar 3 mm dan tebal 1 mm.
5.
Berkas
His
Berkas His memiliki fungsi sebagai
penghantar impuls listrik dari nodus AV. Secara anatomi, berkas His terbagi
menjadi panjang sekitar 10 mm dengan diameter 2mm. Berkas His terbagi menjadi
cabang berkas kiri (left bundle branches, LBB) dan berkas kanan (right bundle
branshes, RBB)
LBB terbagi menjadi:
1.
Fasikulus
posterior menghantarkan impuls listrik ke ventrikel kiri inferior dan
posterior.
2.
Fasikulus
anterior menghantarkan impuls listrik ke ventrikel ke bagian anterior dan
superior.
RBB
menghantarkan impuls listrik dari berkas His ke ventrikel kanan.
6.
Serabut
Bachman
Serabut Bachman merupakan jalur yang menghubungkan impuls listrik
dari atrium kanan dengan atrium kiri.
7.
Serabut
Purkinje
Serabut purkinje terletak di dalam
endokardium dan merupakan akhir dari perjalanan impuls listrik untuk
disampaikan ke endokardiumagar terjadi depolarisasidikedua ventrikel. Serabut
purkinje secara normal mampu menghasilkan 20-40 kali per menit.
Perbedaan hasil
impuls ini memungkinkan jantung memiliki sistem penyelamatan yang terkoordinasi
terhadap memingkingkan henti jantung. Ketika nodus SA gagal menghasilkan impuls
akibat proses penykit atau adanya blok, penghasil listrik di ambil alih oleh
nodus AV dengan impuls yang sebesar 40-60 kali per menit dihasilkan. Begitu
juga bila kedua nodus tersebut gagal menghasilkan impuls, impuls jantung diambil
alih oleh serabut purkinje dengan impuls 20-40 kali p-er menit.
8.
Hubungan
Sistem Konduksi Dengan Gelombang EKG.
Sistem konduksi listrik jantung
(nodus SA, nodus AV, His, dan serabut Purkinje) secara sistematis mampu
menghasilkan gelombang elektrokardiografi dan menggerakkan jantung untuk
melakukan kontraksi.
Ketika satu impuls dicetuskan oleh nodus SA, listrik lebih dulu
menjalarkan di kedua atrium dan terjadilah depolarisas. Selanjutnya
menghasilkan peristiwa kontraksi dikedua atrium. Peristiwa depolarisasi yang
terjadi di kedua atrium ini menghasilkan gelombang P pada rekaman EKG. Karena
potensial listrik akibat ropolarisasi atrium lebih rendah daripada depolarisasi
atrium, gelombang repolirisasi pada atrium tidak tampak pada rekaman EKG.
Listrik yang sudah ada di atrium
meneruskan penjalaran(konduksi) ke nodus AV, His, LBB dan RBB, dan berakhir
disebut purkinje. Di serabut purkinje, impuls listrik mendepolarisasi otot-otot
di kedua ventrikel yang lebih lanjut akan menghasilkan kontraksi dikedua
ventrikel. Peristiwa terjadinya depolarisasi pada kedua ventrikel ini
menghasilkan gelombang QRS dan munculnya gelombang T merupakan akibat
terjadinya peristiwa terjadinya repolarisasi ventrikel.
Sampainya satu impuls listrik dari nodus SA ke serabut Purkinje
akan menghasilkan satu gelombang P-QRS dan T. Hal ini sama dengan satu siklus
jantung penuh (satu kali kontraksi atrium dan ventrikel).
9.
Kertas
EKG
Kertas EKG didesain dengan bentuk
khusus yang masing-masing dibuat bergaris-garis membentuk sebuah kotak yang
sama sisi. Masing-masing kotak terdiri dari atas kotak berukuran kecil ditandai
garis tipis dan kotak besar bergaris tebal. Masing-masing kotak memiliki nilai
dan fungsi untuk menganalisis adanya kelainan gelombang EKG. Garis-garis pada
kertas EKG terdiri atas garis harizontal dan vertikal. Untuk garis horizontal
merefleksikan ukuran kecepatan rekaman dengan satu waktu (mm/detik), sedangkan
garis vertikal menggambarkan ukuran dari voltase listrik jantung dengan satuan
miliVolt (mV).
10.
Kalibrasi
Kalibrasi atau penentuan ukuran
kertas secara standar (sistem internasional) lebih sering dibuat dengan voltase
1 Mv (10 kotak kecil) dengan kecepatan 25 mm/detik (25 kotak kecil atau 5 kotak
besar). Mesin EKG diatur agar dapat merekam selama 1 detik sejauh 25mm atau 5
kotak besar, dan amplitudonya setinggi 10mm.
Jika gambar yang direkam terlalu kecil (low voltage) seperti pada
efusi pericardium, voltase dapat dinaikkan menjadi 2 Mv sehingga gelombang EKG
lebih besar serta dapat dengan mudah di baca dan dihitung. Bila jarak antar
gelombang yang satu dengan yang lain (interval) sulit dihitung, kecepatan dapat
dinaik kan menjadi 50mm/detik sehingga jarak antar gelombang lebih panjang dan
mudah dikalkulasikan.
11.
Penamaan
Gelombang, Interval, dan Segmen pada EKG
Bagaimana sistem konduksi
menghasilkan gelombang EKG pada bahasan sebelumnya, pada nilai-nilai normal
setiap gelombang pada EKG. Akan tetapi, perlu diingat bahwa nilai-nilai normal
ini hanya berlaku untuk kalibrasi standar atu dengan kecepatan rekaman 25 mm/detik
dengan amplitudo 1 Mv.
12.
Gelombang
P
Gelombang P merupakan gelombang awal
hasil depolarisasi dikedua atrium. Normalnya kurang dari 0,12 detik dan
tingginya (amplitudo) tidak lebih dari 0,3 mv.
Gelombang secara normal selalu
defleksi positif (cembung keatas) di semua sadapan dan selalu deflasi negatif
(cekung ke bawah) di sadapan Avr. Defleksi negatif di sadapan V1 dan hal ini
merupakan sesuatu yang normal.
13.
Kompleks
QRS
Kompleks QRS merupakan gelombang
kedua setelah gelombang P, terdiri atas gelombang Q-R dan S. gelombang QRS
merupakan hasil depolarisasi yang terjadi di kedua ventrikel yang dapat direkam
oleh mesin EKG. Secara normal, lebar komplek QRS adalah 0,06-0,12 detik dengan
amplitudo bervariasi bergantung pada sadapan.
Cara penamaan kompleks
QRS sebagai berikut:
1.
Bila
setelah gelombang P terjadi defleksi ke atas, hal ini dinamakan gelombang R,
dan selanjutnya turun hingga batas garis isoelektris. Setelah melewati garis
isoelektris, gelombang tersebut kemudian turun dan dinamakan gelombang S.
Setelah itu, S naik naik kembali hingga batas isoelektris dan membentuk
gelombang T.
2.
Bila
setelah gelombang P terjadi defleksi ke bawah, hal ini dinamakan gelombang Q,
lalu naik hingga batas garis isoelektris. Setelah melewati garis isoelektris,
gelombang tersebut naik dan dinamakan gelombang R. Setelah itu, R turun kembali
hingga batas isoelektris dan membentuk gelombang T.
14.
Gelombang
Q
Gelombang ini merupakan gelombang defleksi
negatif setelah gelombang P. Secara normal, lebarnya tidak lebih dari 0,04
detik dan dalamnya kurang dari 45% atau 1/3 tinggi gelombang R.
Bila dalam dan lebarnya melebihi
nilai normal, dinamakan gelombang Q patologis.
Gelombang Q patologis pada sadapan
tertentu (tentang pembagian sadapan dapat anda lihat pada bahasan letak jantung
dipandang dari EKG) dapat menunjukkan adanya infark atau nekrosis miokard.
Sebelum lanjut pada gelombang berikutnya, sebaiknya perhatikan kembali berbagai
bentuk gelombang Q.
15.
Gelombang
R
Gelombang R merupakan gelombang
defleksi positif (ke atas ) setelah gelombang P atau setelah Q. Gelombang ini
umumnya selalu positif di semua sadapan, kecuali aVR. Penampakan di sadapan V1
dan V2 kadang-kadang kecil atau tidak ada, tetapi hal ini masih normal.
16.
Gelombang
S
Gelombang ini merupakan gelombang
defleksi negatif (ke bawah) setelah gelombang R atau gelombang Q. Secara
normal, gelombang S berangsur-angsur menghilang pada sadapan V1-V6. Gelombang
ini sering terlihat lebih dalam di sadapan V1-aVR, dan ini normal
17.
Gelombang
T
Gelombang T merupakan gelombang
hasil repolarisasi dikedua ventrikel. Normalnya, positif (ke atas) dan inverted
(terbalik) di aVR.
Gelombang T yang interved selain di
aVR merupakan indikasi adanya iskemik miokard. Gelombang T yang runcing di
semua sadapan dapat membantu menegakkan adanya hiperkalemia, sedangkan
gelombang T yang tinggi pada beberapa sadapan tertentu dapat menunjukkan adanya
hiper akut yang merupakan tanda awal sebelum infark miokard terjadi. Variasi
gelombang T dapat di pelajari pada materi Angina dan Infark.
18.
Gelombang
U
Gelombang U merupakan gelombang yang
muncul setelah gelombang T dan sebelum gelombang P berikutnya. Umumnya
merupakan suatu kelainan akibat hipokalemia.
19.
Interval
PR
Interval PR adalah garis horizontal
yang di ukur dari awal gelombang P hingga awal kompleks QRS. Interval ini
menggambarkan waktu yang di perlukan dari pemulaan depolarisasi atrium sampai awal
depolarisasi ventrikel atau waktu yang di perlukan impuls listrik dari nodus SA
menuju serabut purkinje, dan normalnya 0,12-0,20 detik.
20.
Interval
QT
Interval QT merupakan garis
horizontal yang di awali dari gelombang Q sampai akhir gelombang T. Interval
ini merupakan waktu yang diperlukan ventrikel dari awal trjadinya depolarisasi
sampai akhir repolarisasi. Panjang interval QT bervariasi bergantung pada
frekuensi jantung (heart rate, HR). Perhitungan akurat dari QTc (QT
correction).
Batas normal interval QT pada
laki-laki berkisar antara 0,42-0,44 detik, sedangkan pada wanita berkisar
antara 0,43-0,47 detik.
21.
Segmen
ST
Segmen ST merupakan garis horizontal
setelah akhir QRS sampai awal gelombang T. Segmen ini merupakan waktu
depolarasasi ventrikell yang masih berlangsung sampai di mulainya awal
repolarisasi ventrikel. Normalnya, sejajar garis isoelektris.
Segmen ST yang naik di atas
isoelektris dinamakan elevasi dan yang turun di bawah isoelektris dinamakan ST
depresi. ST elevasi dapat menunjukkan adanya suatu infark miokard dan ST
depresi menunjukkan adanya iskemik miokard.
22.
Sadapan
pada EKG
Fungsi sadapan EKG adalah untuk
menghasikan sudut pandang yang jelas terhadap jantung. Sadapan ini diibaratkan dengan banyaknya mata yang
mengamati jantung dari berbagai arah seperti dada. Semakin banyak sudut
pandang, semakin sempurna pengamatan terhadap kerusakan bagian jantung.
Sadapan mesin EKG secara garis besar
terbagi menjadi dua:
1.
Sadapan
bipolar
Sadapan
ini merekam dua kutub listrik yang berbeda, yaitu kutub (+) dan kutub negatif
(-). Masing –masing elektroda dipasang dikedua tangan dan kaki.
2.
Sadapan
unipolar
Sadapan
ini merekam satu kutub positif dan yang lainnya dibuat indifferent. Sadapan ini
terbagi menjadi sadapan unipolar ekstremitas dan unipolar prekordial.
23.
Sadapan
Bipolar (I, II, III)
Sadapan ini dinamakan bipolar karena
merekam perbedaan potensial dari dua elektrode.Sadapan ini memandang jantung secara arah vertikal
(ke atas-bawah, dan ke samping). Sadapan bipolar dihasilkan dari gaya-gaya
listrik yang diteruskan dari jantung melalui empat kabel elektroda yang
diletakkan dikedua tangan dan kaki. Masing-masing LA (Left Arm), RA (Right
Arm), LF (Left foot), RF (Right Foot). Dari empat kabel elektroda ini akan
dihasilkan beberapa sudut atau sadapan sebagai berikut:
1.
Sadapan
I dihasilkan dari perbedaan potensial listrik antara RA yang dibuat bermuatan
(-) dan LA yang dibuat bermuatan (+) sehingga listrik jantung bergerak ke sudut
0°
(sudutnya ke arah lateral kiri ). Bagian lateral jantung dapat dilihat oleh
sadapan I.
2.
Sadapan
II dihasilkan dari perbedaan antara RA yang dibuat bermuatan (-) dan LF yang
dibuat bermuatan (+) sehingga arah listrik bergerak sebesar +60° (sudutnya ke arah inferiaor). Dengan demikian, bagian inferior
jantung dapat dilihat oleh sadapan II.
3.
Sadapan
III dihasilkan dari perbedaan antara LA yang dibuat bermuatan (-) dan RF yang
dibuat bermuatan (+) sehingga listrik bergerak sebesar +120° (sudutnya kearah inferior). Dengan demikian, bagian inferior dapat
dilihat oleh sadapan III.
24.
Sadapan
Unipolar
Sadapan unipolar ekstremitas merekam
besar potensial listrik pada satu ekstremitas. Gabungan elektoda pada
ektremitas lain membentuk elektrode indifferent (potensial 0). Sadapan ini
diletakkan pada kedua lengan dan kaki dengan menggunakan kabel seperti yang
digunakan pada sadapan bipolar. Vektor dari sadapan unipolar akan menghasilkan
sudut pandang terhadap jantung dalam arah vertikal.
1.
Sadapan
aVL. Dihasilkan dari perbedaan antara muatan LA yang dibuat bermuatan (+)
dengan RA dan LF yang dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah -30° (sudutnya kearah lateral kiri). Dengan demikian, bagian lateral
jantung dapat dilihat juga oleh sadapan aVL.
2.
Sadapan aVF. Sadapan ini dihasilkan dari perbedaan
antara muatan LF yang dibuat bermuatan (+) dengan RA dan LF dibuat indifferent
sehingga listrik bergerak kearah +90° (tepat ke rah inferior).
3.
Sadapan aVR. Dihasilkan dari perbedaan antara muatan
RA yang dibuat bermuatan (+) dengan LA dan LF dibuat indifferent sehingga
listrik bergerak kearah berlawanan dengan arah listrik jantung -150° (arah kanan ekstrem).
Dari sadapan bipolar dan unipolar ekstremitas, garis atau sudut
pandang jantung dapat diringkas yang digambarkan pada gambar 1-17. Akan tetapi,
sadapan-sadapan ini belum cukup untuk mengamati adanya kelainan diseluruh
permukaan jantung. Sudut pandang dilengkapi dengan unipolar prekordial (sadapan
dada).
25.
Unipolar Prekordial
Sadapan unipolar prekordial merekam
sebesar potensial listrik dengan elektrode eksplorasi diletakkan pada dinding
dada. Elektrde indifferent (potensial 0) diperpleh dari penggabungan ketiga
elektrode ektremitas. Sadapan ini memandang jantung secara horizontal (jantung
bagian anterior, septal ,lateral, posterior, dan ventrikel sebelah kanan).
Untuk unipolar prekordial, sudut
pandang jantung dapat diperluas ke daerah posterior dan ventrikel kanan. Untuk
posterior dapat ditambahkan V7, V8, dan V9, sedangkan untuk ventrikel kanan
dapat dilengkapi dengan V1R, V2R, V3R, V4R, V5R, V6R, V7R, V8R, dan V9R.
Penempatan dilakukan berdasarkan
pada urutan kabel-kabel yang terdapat pada mesin EKG yang dimulai dari nomor
C1-C6. Sekalipun mesin hanya menyediakan 6 elektrode prekordial, namun untuk
penambahan bagian-bagian pada V7-V9 dan V1R-V9R dapat digunakan elektrode
prekordial mana pun sesuai keinginan, hanya nomor-nomornya diubah secara manual
padakertas hasil rekaman dengan menggunakan bolpoin atau tinta. Penentuan letak
disesuaikan denga urutan sebagai berikut:
V1 : Ruang interkostal IV
garis sternal kanan.
V2 : Ruang interkostal IV garis sternal kiri.
V3 : Pertengahan antara V2 dan V4.
V4 : Ruang interkostal V garis midklavikula kiri.
V5 : Sejajar V4 garis aksila depan
V6 : Sejajar V4 garis mid aksila kiri.
Sebelum menambah
bagian posterior (V7-V9) semua sadapan prekordial dari V1-V6 dilepas terlebih
dahulu dari dinding dada. Untuk sadapan V7-V9 dapat digunakan sadapan
prekordial manapun (elektrode prekordial V1-V3 atau V3-V6 sesuai keinginan).
V7 : Ruang interkostal V garis aksila posteriaor kiri.
V8 : Ruang interkostal V garis skapula posterior kiri.
V9 : Ruang interkostal V samping kiri tulang belakang.
Untuk daerah kanan,
V1R diletakkan seperti V1, sedangkan V2R diletakkan seperti V2.
V3R : Antara V1-V4R.
V4R : Ruang interkostal ke-5 garis midklavikula kanan.
V5R : Ruang interkostal ke-5 antara V4R-V5R.
V6R : ICS ke-5 garis mid aksila kanan.
V1R dan V2R sama dengan sadapan V1 dan V2. Jadi, tidak perlu
perekam kembali.
Hasil sudut-sudut
pada sadapan prekordial tampak pada gambar 1-21.
Oleh karena sadapan prekordial memandang jantung secara horizontal,
dapat diamn=bil dudut pandang sebagai berikut.
V1-V2 : Septal
V3-V4 : Anterior
V5-V6 : Lateral
V1-V4 dapat juga dimasukkan
ke anterior karena V1-V2 yang merupakan septum masih berada di anterior
jantung.
26.
Letak
Jantung Dipandang Dari EKG
Dengan melihat kembali sudut-sudut
yang dihasilkan dari sadapan bipolar dan unipolar pada bahasan sebelumnya, kita
akan mudah menentukan bagian-bagian dari lokasi jantung dan menganalisis letak
kerusakan dinding miokard secara sistematis.
Pembahagian letak ini berguna dalam
mendignosis adanya infark dan blok pada cabang berkas yang akan diuraikan pada
bahasan selanjutnya. Secara universl, jantung dapat dibagi menjadi beberapa
bagian, yaitu inferior, anterior, septal, lateral, ventrikel kanan, dan
posterior. Pembagian letak diseuaikan dengan sudut yang dihasilkan oleh sadapan
bipolar dan unipolar pada mesin EKG.
Sudut pandang yang dihasilkan oleh
sadapan bipolaar daan unipolar ekstermitas menghasilkan sudut pandang secara
vertikal ke atas dan samping.
Pembagian jantung yang dihasilkan
dari sadapan bipolar dan unipolar ekstremenitas, antara lain jantung bagian
inferior ( II, III, dan aVF ) serta lateral ( I dan aVL ). Di sisi, lain
sadapan unipolar prekordial memberikan sudut pandang secara horizontal kedepan
dan kesamping.
Letak-letak sadapan unipolar
perkodial VI-V6 yang meliputi jantung bagian interior (V3-V6) , septal atau
septum ventrikel (V1-V2), dan lateral (V5-V6). Sudut pandangnya sesuai dengan
lokasi penempatan masing-masing sadapan.
27.
Pembentukan
Gelombang EKG
Bagaimana sistem konduksi
menghasilkan gelomabang EKG di semua sadapan? Ketika impuls dari nodus SA
menjalar kedua atrium, terjadi depolarisasi dan repolarisasi di atrium dan
semua sadapan merekamnya sebagai gelombang P defleksi positif, terkecuali di
aVR yang menjauhi arah aVR sehingga defleksinya negatif.
Setelah dari atrium, listrik menjalar ke nodus AV, Berkas His, LBB,
dan RBB, serta serabut purkinjie. Selanjutnya, terjadi depolarisasi di kedua
ventrikeldan terbentuk gelombang QRS defleksi positif kecuali di aVR.
Setalah terjadi depolarisasi kedua
ventrikel, ventrikel kemudian kembali mengalami repolarisasi. Repolarisasi di
kedua ventrikel menghasilkan gelombang T defleksi positf di semua sadapan.
BAB III
PENUTUP
1.
SIMPULAN
EKG merupakan suatu alat untuk mempermudah mendiagnosa kelainan-kelainan
pada jantung dengan menghantarkan sinyal-sinyal elektroda. Dengan demikian
perawat pada umumnya mampu mendiagnosa penyakit dengan menggunakan alat EKG
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar