ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN
TETRALOGI OF FALLOT (TOF)
AKADEMI PERAWATAN MALAHAYATI
MEDAN
2012/2013
AKADEMI
PERAWAT MALAHAYATI MEDAN
TAHUN 2012
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan
penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca
dapat memperluas ilmu tentang “Asuhan Keperawatan Pada Pasien DenganTetralogi Of Fallot (Tof)” yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah
ini memuat tentang “ Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tetralogi Of Fallot (Tof)” yang
mengidentifikasikan dan menjabarkan konsep khusus yang berhubungan dengan hal-hal
nyata dalam keperawatan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan,oleh sebab itu kritik yang membangun dari para pembaca sangat kami
harapkan.
Penyusun
juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing kami yang telah
membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun
makalah ini dengan baik.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, 27 September
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang…………………………………………………………….…4
1.2
Tujuan…………………………………………………………………….….4
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian……………………………………..…………………………...5
2.2 Etiologi / Penyebab………………………………………………………...5
2.3 Epidemiologi ……………………………………………………………....6
2.4 Menifestasi klinis…………………………………………………………...6
2.5 Pemeriksaan Diagnostik…………………………………….……………...8
2.6 Penatalaksanaan…………………………………………………………….9
2.7 Prognosis……………………………………………………………………10
2.8 ASKEP Pada
Pasien Dengan Tetralogi Of
Fallot (Tof)…………………..11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………19
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………..20
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tetralogi fallot (TF) merupakan penyakit
jantung sianotik yang paling banyak ditemukan dimana tetralogi fallot menempati
urutan keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah defek septum
ventrikel,defek septum atrium dan duktus arteriosus persisten,atau lebih kurang
10-15 % dari seluruh penyakit jantung bawaan, diantara penyakit jantung bawaan
sianotik Tetralogi fallot merupakan 2/3 nya. Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang
paling sering ditemukan yang ditandai dengan sianosis sentral akibat adanya pirau kanan ke
kiri.
Di RSU Dr.
Soetomo sebagian besar pasien Tetralogi fallot didapat diatas 5 tahun dan prevalensi menurun setelah berumur 10 tahun. Dari banyaknya kasus kelainan jantung serta kegawatan yang ditimbulkan akibat kelainan jantung bawaan
ini, maka sebagai seorang perawat dituntut untuk mampu mengenali tanda
kegawatan dan mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
1.2
Tujuan
Untuk mengetahui lebih dalam
mengenai penyakit anak yaitu tetralogi fallot.
BAB II
TINJAUAN
TEORI
2.1 Pengertian
Tetralogi
fallot (TF) adalah kelainan jantung bawaan
dengan gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal
meliputi defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan
hipertrofi ventrikel kanan. Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat
beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat.
Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat. Frekuensi TF
lebih kurang 10 %. Derajat stenosis pulmonal sangat menentukan gambaran
kelainan; pada obstruksi ringan tidak terdapat sianosis, sedangkan pada
obstruksi berat sianosis terlihat sangat nyata. Pada klien dengan TF, stenosis
pulmonal menghalangi aliran darah ke paru-paru dan mengakibatkan peningkatan
ventrikel kanan sehingga terjadi hipertropi ventrikel kanan. Sehingga darah
kaya CO2 yang harusnya dipompakan ke paru-paru berpindah ke ventrikel kiri
karena adanya celah antara ventrikel kanan akibat VSD (ventrikel septum defek),
akibatnya darah yang ada di ventrikel kiri yang kaya akan O2 dan akan dipompakan
ke sirkulasi sistemik bercampur dengan darah yang berasal dari ventrikel kanan
yang kaya akan CO2. Sehingga percampuran ini mengakibatkan darah yang akan
dipompakan ke sirkulasi sistemik mengalami penurunan kadar O2.
2.2 Etiologi / Penyebab
Pada
sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara
pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor tersebut
antara lain :
Faktor endogen
-
Berbagai jenis
penyakit genetik : kelainan kromosom, contohnya down syndrome, marfan syndrome.
-
Anak yang lahir
sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan misalnya VSD, pulmonary stenosis, and overriding aorta.
-
Adanya penyakit
tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, kolesterol
tinggi, penyakit jantung atau kelainan
bawaan
Faktor eksogen
-
Riwayat kehamilan
ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa
resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine. aminopterin, amethopterin, jamu)
-
Ibu menderita
penyakit infeksi : rubella
-
Efek radiologi (paparan
sinar X)
-
Ibu mengonsumsi
alcohol dan merokok saat mengandung.
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen
tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan
lebih dari 90% kasus penyebab adalah multifaktor.
2.3 Epidemiologi
Tetralogy
of fallot timbul pada +/- 3-6 per 10.000 kelahiran dan menempati angka 5-7%
dari kelainan jantung akibat congenital. Sampai saat ini para dokter tidak
dapat memastikan sebab terjadinya, akan tetapi ,penyebabnya dapat berkaitan
dengan factor lingkungan dan juga factor genetic atau keduanya. Dapat juga
berhubungan dengan kromosom 22 deletions dan juga diGeorge syndrome. Ia lebih
sering muncul pada laki-laki daripada wanita. Pengertian akan embryology
daripada penyakit ini adalah sebagai hasil kegagalan dalam conal septum bagian
anterior, menghasilkan kombinasi klinik berupa VSD, pulmonary stenosis, and
overriding aorta. Perkembangan dari hipertropi ventricle kanan adalah oleh
karena kerja yang makin meningkat akibat defek dari katup pulmonal. Hal ini
dapat diminimalkan bahkan dapat dipulihkan dengan operasi yang dini.
2.4 Manifestasi klinis
-
Murmur mungkin merupakan tanda pertama yang biasa ditemukan
oleh dokter. Ia merupakan suara tambahan atau tidak biasa yang dapat didengar
pada denyut jantung si bayi. Kebanyakan bayi yang menderita tetaralogy of
fallot mempunyai suara murmur jantung.
Cyanosis
juga merupakan pertanda umum pada tetralogy of fallot. Cyanosis adalah suatu
keadaan di mana pada sirkulasi bayi kekurangan darah yang telah
2.5 Pemeriksaan
Diagnostik
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin penting pada setiap penyakit jantung bawaan sianotik untuk menilai perkembangan penyakit. Hemoglobin dan hematokrit merupakan indikator yang cukup baik untuk derajat hipoksemia. Peningkatan hemoglobin dan hematokrit ini merupakan mekanisme kompensasi akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan antara 16-18 g/dl, sedangkan hematokrit 50-65%. Bila kadar hemoglobin dan hematokrit melampaui batas tersebut timbul bahaya terjadinya kelainan trombo emboli, sebaliknya bila kurang dari batas bawah tersebut berarti terjadi anemia relatif yang harus diobati.
Pemeriksaan laboratorium rutin penting pada setiap penyakit jantung bawaan sianotik untuk menilai perkembangan penyakit. Hemoglobin dan hematokrit merupakan indikator yang cukup baik untuk derajat hipoksemia. Peningkatan hemoglobin dan hematokrit ini merupakan mekanisme kompensasi akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan antara 16-18 g/dl, sedangkan hematokrit 50-65%. Bila kadar hemoglobin dan hematokrit melampaui batas tersebut timbul bahaya terjadinya kelainan trombo emboli, sebaliknya bila kurang dari batas bawah tersebut berarti terjadi anemia relatif yang harus diobati.
Gambaran radiologis
Cardio thoracic
ratio pasien tetralogi fallot biasanya normal atau sedikit membesar. Akibat
terjadinya pembesaran ventrikel kanan dengan konus pulmonalis yang hilang, maka
tampak apeks jantung terangkat sehingga tampak seperti “sepatu boot”. Pada 25%
kasus arkus aorta terletak di kanan yang seharusnya di kiri, dapat berakibat
terjadinya suatu tarik bayangan trakeobronkial berisi udara di sebelah kiri,
yang terdapat pada pandangan antero-posterior atau dapat dipastikan oleh
pergeseran esophagus yang berisi barium ke kiri. Corakan vascular paru
berkurang dan lapangan paru relatif bersih, mungkin disebabkan oleh aliran
darah paru paru yang berkurang dan merupakan suatu tanda diagnostik yang
penting. Bila terdapat kolateral yang banyak mungkin corakan vascular paru
tampak normal, atau bahkan bertambah. Pada proyeksi lateral, ruangan depan yang
bersih atau kosong dapat atau tidak dipenuhi oleh ventrikel kanan yang
hipertrofi.
Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar sering dijumpai P pulmonal.
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar sering dijumpai P pulmonal.
Ekokardiogram
Ekokardiografi dapat memperlihatkan setiap kelainan pada tetralogi fallot. Pelebaran dan posisi aorta berupa diskontinuitas septum ventrikel dan dinding depan aorta serta pelebaran ventrikel kanan mudah dilihat. Kelainan katup pulmonal seringkali sulit dinilai, demikian pula penentuan perbedaan tekanan antara ventrikel kanan dan a.pulmonalis tidak selalu mudah dilakukan.
Ekokardiografi dapat memperlihatkan setiap kelainan pada tetralogi fallot. Pelebaran dan posisi aorta berupa diskontinuitas septum ventrikel dan dinding depan aorta serta pelebaran ventrikel kanan mudah dilihat. Kelainan katup pulmonal seringkali sulit dinilai, demikian pula penentuan perbedaan tekanan antara ventrikel kanan dan a.pulmonalis tidak selalu mudah dilakukan.
Kateterisasi
jantung
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan
untuk mengetahui defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan
arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya
penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan
pulmonalis normal atau rendah.
2.6 Penatalaksanaan
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk memutus patofisiologi
serangan tersebut, antara lain dengan cara :
1.
Posisi lutut ke
dada agar aliran darah ke paru bertambah
2.
Morphine sulfat
0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau Iv untuk menekan pusat pernafasan dan mengatasi
takipneu.
3.
Bikarbonas natrikus
1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis
4.
Oksigen dapat
diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat karena permasalahan
bukan karena kekuranganoksigen, tetapi karena aliran darah ke paru menurun.
Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis berkurang dan
anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan
pemberian :
2.6.1 Propanolo l
0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung sehingga
seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10
ml cairan dalam spuit, dosis awal/bolus diberikan separohnya, bila serangan
belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya.
2.6.2 Ketamin 1-3
mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja
meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga sedative
2.6.3 penambahan
volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam penganan serangan
sianotik. Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan curah jantung,
sehingga aliran darah ke paru bertambah
dan aliran darah sistemik membawa oksigen ke seluruh tubuh juga meningkat.
Lakukan
selanjutnya yaitu :
1.
Propanolol oral 2-4
mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik
2.
Bila ada defisiensi
zat besi segera diatasi
3.
Hindari dehidrasi
Tindakan Bedah
Merupakan
suatu keharusan bagi semua penderita TF. Pada bayi dengan sianosis yang jelas,
sering pertama-tama dilakukan operasi pintasan atau langsung dilakukan
pelebaran stenosis trans-ventrikel. Koreksi total dengan menutup VSD (Ventrikel
Septum Defek) seluruhnya dan melebarkan PS pada waktu ini sudah mungkin
dilakukan. Umur optimal untuk koreksi total pada saat ini ialah 7-10 tahun.
Walaupun kemajuan telah banyak dicapai, namun sampai sekarang operasi semacam
ini selalu disertai resiko besar.
Pengobatan
Konservatif
Anak dengan serangan anoksia ditolong dengan knee-chest
position, dosis kecil morfin (1/8-1/4 mg) disertai dengan pemberian oksigen.
Dengan tindakan ini serangan anoksia sering hilang dengan cepat. Pada waktu ini
diberikan pula obat-obat pemblok beta (propanolol) untuk mengurangi
kontraktilitas miokard. Pencegahan terhadap anoksia dilaksanakan pila dengan
mencegah/mengobati anemia defisiensi besi relative, karena hal ini sering
menambah frekuensi serangan. Asidosis metabolic harus diatasi secara adekuat.
2.7 Prognosis
Pada klien dengan TF (Tetralogi Fallot) tanpa melakukan
suatu tindakan operasi prognosis atau ramalan penyakit kedepan adalah buruk
atau tidak baik. Rata-rata klien akan mencapai umur 15 tahun, tetapi semua ini
tergantung pada besarnya kelainan yang dialami. Ancaman pada anak denagn TF
adalah abses otak pada umur sekitar 2 sampai dengan 3 tahun. Gejala neurologis
disertai demam dan leukositosis memberikan kecurigaan akan adanya abses otak.
Jika pada bayi denagn TF terdapat gangguan neurologis, maka cenderung untuk
didiagnosis thrombosis pembuluh darah otak daripada abses otak. Anak dengan TF
cenderung untuk menderita perdarahan banyak, karena berkurangnya trombosit dan
fibrinogen. Kemungkinan timbulnya endokarditis bakterialis selalu ada.
2.8 Konsepasuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Tetralogi Of
Fallot (Tof)
1.
PENGKAJIAN
Aktivitas
/ istirahat :
Gejala : keletihan / kelelahan terus menerus
sepangjang hari, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas. Dispnea pada istirahat
atau pada pengerahan tenaga
Tanda : gelisah, perubahan status mental, misal :
letargi. Tanda vital berubah pada aktivitas
Sirkulasi
:
Gejala :
Riwayat hipertensi, bengkak pada kaki, abdomen, IM baru / akut
Tanda : Warna
: kebiruan, pucat, abu – abu, sianotik
Edema : mungkin dependen, umum,
atau pitting, khususnya pada
ekstremitas.
Frekuensi jantung : takikardy
Tekanan nadi : mungkin sempit, menunjukan
penurunan volume sekuncup
Hepar : pembesaran/dapat teraba
Bunyi nafas : rongki
Irama jantung : disritmia, misalnya fibrilasi
atrium, kontraksi ventrikel
prematur/takikardi, blok jantung.
Punggung
kuku : pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat.
Murmur
stenosis valvular, distensi vena jugularis
Integritas
:
Gejala :
ansietas, takut
Tanda :
berbagai manifestasi perilaku, misalnya : ansietas, marah, ketakutan.
Eleminasi
:
Gejala :
penurunan berkemih, berkemih di malam hari,
Makanan
atau Cairan :
Gejala :
kehilangan nafsu makan, mual/muntah, pembengkaan ekstremitas bawah,
Tanda : distensi
abdomen, edema (umum, dependen, tekanan, pitting)
Neorosensori
:
Gejala :
kelemahan, pening, episode pingsan
Tanda :
Letargi, diorientasi, perubahan perilaku
Nyeri
atau kenyamanan :
Gejala : Nyeri
dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas, sakit pada otot
Tanda : tidak
tenang, gelisah, focus menyempit (menarik diri)
Pernapasan
:
Gejala :
Dipsnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal,
penggunaan bantuan pernapasan missal oksigen atau medikasi
Tanda :
pernapasan : takipnea, napas dangkal,
Bunyi napas : mungkin tidak terdengar, dengan
mengi
Fungsi mental : kegelisahan
Warna kulit : pucat atau sianosis
Pemeriksaan
Diagnostik :
EKG : hipertrofi atrial atau ventrikuler, iskemia,
disritmia misal takikardi, fibrilasi atria.
Ekokardiogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran
bilik dan serambi, perubahan dalam fungsi atau struktur katup atau area
kontraktilitas ventricular.
Rontgen dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung,
bayangan mencerminkan dilatasi atau hipertopi bilik atau serambi, atau
perubahan dalam pembuluh darah mencerminkan peningkatan tekanan pulmonal.
Enzim Hepar : Meningkat dalam gagal atau kongestif
hepar.
AGD : gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis
respiratorik ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).
2.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
a.
Resiko penurunan
cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.
b.
Intoleransi
aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan tubuh.
c.
Gangguan pertumbuhan
dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat, kebutuhan nutrisi jaringan
tubuh, isolasi social.
d.
Resiko infeksi b/d
keadaan umum tidak adekuat.
3.
RENCANA
INTERVENSI
a.
Resiko
penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.
Tujuan: penurunan
cardiac output tidak terjadi.
Kriteria
hasil: tanda vital dalam batas yang dapat diterima, bebas gejala gagal jantung,
melaporkan penurunan episode dispnea, ikut serta dalam aktifitas yang
mengurangi beban kerja jantung, urine output adekuat: 0,5 – 2 ml/kgBB.
Rencana
intervensi dan rasional:
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan penurunan cardiac output pada klien
dapat diatasi, dengan kriteria hasil :
-
denyut nadi klien
kembali normal, yaitu 90 – 140 x/mnt
-
Klien tidak
terlihat pucat.
-
Klien tidak
terlihat lemah.
-
mengalami
sianosis pada tubuhnya.
|
·
Kaji frekuensi
nadi, RR, TD secara teratur setiap 4 jam.
·
Catat bunyi
jantung.
·
Kaji perubahan
warna kulit terhadap sianosis dan pucat.
·
Pantau intake dan
output setiap 24 jam.
·
Batasi aktifitas
secara adekuat.
·
Berikan kondisi
psikologis lingkungan yang tenang.
|
·
Memonitor adanya
perubahan sirkulasi jantung sedini mungkin.
·
Mengetahui adanya
perubahan irama jantung.
·
Pucat menunjukkan
adanya penurunan perfusi perifer terhadap tidak adekuatnya curah jantung.
Sianosis terjadi sebagai akibat adanya obstruksi aliran darah pada ventrikel.
·
Ginjal berespon
untuk menurunkna curah jantung dengan menahan produksi cairan dan natrium.
·
Istirahat memadai
diperlukan untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan
komsumsi O2 dan kerja berlebihan.
·
Stres emosi
menghasilkan vasokontriksi yangmeningkatkan TD dan meningkatkan kerja
jantung.
|
b.
Intolerans
aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan tubuh.
Tujuan:
Pasien akan menunjukkan keseimbangan energi yang adekuat.
Kriteria
hasil: Pasien dapat mengikuti aktifitas sesuai kemampuan, istirahat tidur
tercukupi.
Rencana
intervensi dan rasional:
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan masalah intoleransi aktivitas dapat
teratasi dengan kriteria hasil:
-
Pasien dapat
melakukan
aktivitas sesuai dengan batas kemampuan
-
Klien dapat tidur
nyenyak pada
malam hari
-
Klien terlihat
lebih segar ketika
terbangun
|
·
Ikuti pola
istirahat pasien, hindari pemberian intervensi pada saat istirahat.
·
Lakukan perawatan
dengan cepat, hindari pengeluaran energi berlebih dari pasien.
·
Bantu pasien
memilih kegiatan yang tidak melelahkan.
·
Hindari perubahan
suhu lingkungan yang mendadak.
·
Kurangi kecemasan
pasien dengan memberi penjelasan yang dibutuhkan pasien dan keluarga.
·
Respon perubahan
keadaan psikologis pasien (menangis, murung dll) dengan baik.
|
·
Menghindari
gangguan pada istirahat tidur pasien sehingga kebutuhan energi dapat dibatasi
untuk aktifitas lain yang lebih penting.
·
Meningkatkan
kebutuhan istirahat pasien dan menghemat energi pasien.
·
Menghindarkan
pasien dari kegiatan yang melelahkan dan meningkatkan beban kerja jantung.
·
Perubahan suhu
lingkungan yang mendadak merangsang kebutuhan akan oksigen yang meningkat.
·
Kecemasan
meningkatkan respon psikologis yang merangsang peningkatan kortisol dan
meningkatkan suplai O2.
·
Stres dan
kecemasan berpengaruh terhadap kebutuhan O2 jaringan.
|
c.
Gangguan
pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat, kebutuhan nutrisi
jaringan tubuh, isolasi social.
Tujuan:
Pertumbuhan dan perkembangan dapat mengikuti kurva tumbuh kembang sesuai dengan
usia.
Kriteria
hasil: Pasien dapat mengikuti tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sesuia
dengan usia, pasien terbebas dari isolasi social.:
Rencana
intervensi dan rasional:
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan pertumbuhan dan
perkembangan klien dapat mengikuti kurva tumbuh kembang sesuai dengan usia ,
dengan kriteria hasil :
-Anak
usia 6 bulan dapat :
Merangkak,duduk
dengan bantuan, menggenggam, dan memasukkan benda ke mulut.
-Berat
badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas, dan rata – rata masa tubuh berada
dalam batas normal sesuai usia.
-Klien
dapat berinteraksi dengan keluarga
|
·
Sediakan
kebutuhan nutrisi adekuat.
·
Monitor BB/TB,
buat catatan khusus sebagai monitor.
·
Kolaborasi intake
Fe dalam nutrisi.
|
·
Menunjang
kebutuhan nutrisi pada masa pertumbuhan dan perkembangan serta meningkatkan
daya tahan tubuh.
·
Sebagai monitor
terhadap keadaan pertumbuhan dan keadaan gizi pasien selama dirawat.
·
Mencegah
terjadinya anemia sedini mungkin sebagi akibat penurunan kardiak output.
|
d.
Resiko infeksi
b/d keadaan umum tidak adekuat.
Tujuan:
Infeksi tidak terjadi.
Kriteria
hasil: Bebas dari tanda – tanda infeksi.
Rencana
intervensi dan rasional:
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan infeksi pada klien
tidak terjadi dengan kriteria hasil :
-Terbebas dari tanda - tanda
infeksi
-Menunjukkan hygiene pribadi
yang adekuat
|
·
Kaji tanda vital
dan tanda – tanda infeksi umum lainnya.
·
Hindari kontak
dengan sumber infeksi.
·
Sediakan waktu istirahat
yang adekuat.
·
Sediakan
kebutuhan nutrisi yang adekuat sesuai kebutuhan.
|
·
Memonitor gejala
dan tanda infeksi sedini mungkin.
·
Menghindarkan
pasien dari kemungkinan terkena infeksi dari sumber yang dapat dihindari.
·
Istirahat adekuat
membantu meningkatkan keadaan umum pasien.
·
Nutrisi adekuat
menunjang daya tahan tubuh pasien yang optimal.
|
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tepatnya penanganan dan pemberian asuhan keperawatan pada anak
dengan kelainan jantung bawaan sianotik :
tetralogi fallot sangat menentukan untuk kelansungan hidup anak
mengingat masalah yang komplit yang dapat terjadi pada anak TF bahkan dapat
menimbulkan kematian yang diakibatkan karena hipoksia , syok maupun gagal. Oleh
karena itu perawat harus memiliki keterampilan dan pengetahuan konsep dasar
perjalanan penyakit TF yang baik agar dapat menentukan diagnosa yang tepat bagi
anak yang mengalami tetralogi fallot sehingga angka kesakitan dan kematian
dapat ditekan.
DAFTAR PUSTAKA
A.H Markum,1991,Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Anak,jilid 1,Jakarta,Fakultas kedokteran UI
Bambang
M,Sri endah R,Rubian S,2005,Penanganan Penyakit Jantung pada Bayi dan
Anak
Carpenito
J.Lynda,2001,Diagnosa Keperawatan,edisi 8,Jakarta,EGC
Colombro
Geraldin C,1998,Pediatric Core Content At-A- Glance,Lippincott-Philladelphia,New
York
Doengoes,
Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3
EGC. Jakarta
Ngastiah.1997.Perawatan Anak Sakit, Jakarta,EGC
Nelson, 1992. Ilmu Kesehatan anak,Jakarta,
EGC
Sacharin,Rosa
M, 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi II,
Jakarta,EGC
Samik
Wahab, 1996. Kardiologi anak
Nadas, Gadjah Mada Ununiversity Press, yogyakarta,Indonesia
Sudigdo & Bambang.1994,Buku Ajar
kardiologi Anak,Jakarta,IDAI
Sharon,Ennis
Axton (1993), Pediatric care plans,Cumming Publishig Company,California
Whaley
and Wong, 1995, Essential of Pediatric Nursing,Cv.Mosby Company,Toronto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar